KEMERDEKAAN RI OLEH ULAMA SANTRI DAN MASYARAKAT
Masa kemerdekaan telah kita rasakan sejak Sang Proklamator Ir. Soekarno mengumandangkan Proklamasi di Jl. Kebangsaan Timur nomor 56. Peran Ulama’ dan santri dalam mewujudkan kemerdekaan Indonesia sangatlah besar, bahkan mereka rela meninggalkan keluarga, menghabiskan seluruh harta, jiwa dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia, dan mereka telah memberikan sumbangsih yang sangat besar dalam memperjuangkan dan mempertahankan kedaulatan bangsa Indonesia yang begitu panjang dan nama merekapun tercatat dengan tinta emas sebagai Syuhada’.
Bumi Indonesia telah dibanjiri oleh darah keringat dan air mata yang perjuangannya harus kita jaga sebagai penghormatan kepada para Ulama’. Fatwa resolusi jihad bermula ketika presiden Soekarno bertanya kepada KH. Hasyim Asy’ari menganai hukum membela tanah air dari ancaman penjajah menurut hukum Islam. disaat itupun KH. Hasyim Asy’ari tidak langsung menjawab melainkan meminta pendapat kepada para Kiai. Bertepatan pada tanggal 21-22 Oktober 1945, KH. Hasyim Asy’ari mengundang wakil-wakil dari cabang NU di seluruh Jawa dan Madura menuju Surabaya. Dalam pertemuan tersebut, diputuskan bahwa melawan penjajah sebagai perang suci alias Jihad ataupun saat ini populer dengan Resolusi Jihad. Setelah dikumandangkannya Resolusi jihad pada tanggal 10 November 1945 ribuan Kiai dan Santri datang ke Surabaya untuk berjuang melawan tentara-tentara Inggris yang mempunyai senjata canggih seperti tank, ribuan jetn tempur yang membuat langit Surabaya mendung pada siang hari bahkan dihujani rudal, dan para kiai dan para santri hanya bersenjata bambu runcing untuk melawan sekutu. Pertempuran berlangsung selama 3 minggu yang dimenangkan oleh para pejuang tetapi sayangnya jutaan santri wafat dalam pertempuran itu.
Kita sebagai penerus bangsa haruslah bersyukur dan menghargai jasa para Ulama’, Kyai dan masyarakat yang telah berjuang untuk membebaskan Indonesia dari penjajahan, maka sebagai penerus haruslah mengisi hari kemrdekaan dengan hal-hal yang baik, Tidak dengan pestapora, menghilangkan nuasa perjuangan para pendahulu dalam merebut kemerdekaan bangsa Indonesia